PENDEKATAN KECAKAPAN

HIDUP PADA KEAKSARAAN FUNGSIONAL

oleh :

Abdul Hamid

Pendidikan keberaksaraan mengandung makna bahwa setiap warga masyarakat penyandang buta aksara berhak memperoleh dan memiliki pengetahuan dasar, keterampilan dasar serta pembentukan sikap melalui layanan program pendidikan keaksaraan. Untuk memenuhi harapan tersebut perlu dilakukan kegiatan pembelajaran, pelatihan, dan bimbingan belajar terhadap masyarakat buta aksara agar menguasai keterampilan keaksaraan yang juga berorientasi pada keterampilan fungsional.

KETERAMPILAN KEAKSARAAN

Pengetahuan tentang keterampilan keak-saraan merupakan upaya pembelajaran yang diawali dengan pengenalan huruf, angka dan cara penulisannya sampai pada kemampuan warga belajar keaksaraan fungsional dalam membaca, menulis dan berhitung. Keterampilan keaksaraan akan tercapai apabila warga belajarnya telah dapat mengenal huruf, angka, membuat suku kata, merangkai suku kata menjadi sekata hingga dapat membaca, menulis dan berhitung. Pendekatan yang dipilih adalah melakukan pembelajaran keaksaraan yang partisipatif disertai penentuan bahan belajar yang fleksibel, yang secara tematik terpadu dengan aktivitas keseharian warga belajar yang melingkup pada minat dan kebutuhan belajarnya, potensi dan karakteristik lingkungan, serta situasi belajar pada saat itu. Ketuntasan belajar keaksaraan oleh warga belajar terukur dari kemampuan dasar yang meliputi kemampuan membaca, menulis, berhitung, berbahasa Indonesia dan memiliki keterampilan bermatapencaharian atau kecakapan hidup yang bermakna.

Sudah lama orang menyadari bahwa mengajarkan membaca huruf saja tidak begitu menarik.Karena itu dicari upaya yang sekiranya akan membuat orang tertarik untuk belajar membaca dan menulis. Salah satu persyaratan yang harus ada dalam program keaksaraan fungsional adalah memadukan keaksaraan dengan pekerjaan misalnya dengan pertanian.industri, pertukangan, kerajinan. Besar kecilnya atau baik tidaknya keterpaduan tergantung pada homogenitas pekerjaan suatu kelompok dan tingkat ketepatan atau tingkat kesesuaian antara konten dan kurikulum serta masalah yang dihadapi oleh orang-orang tersebut sebagai pekerja. Sebagai ilustrasi bahwa keberhasilan akan dicapai apabila kita mengajarkan sesuatu yang terkait dengan kecakapan kelompok yang sudah setengah trampil dalam pekerjaannya yang bermaksud meneruskan pekerjaan di bidangnya dan telah membuatnya lebih produktif. Keterpaduan tidak akan dapat dicapai apabila pekerjaan kelompok yang akan menjadi sasaran didik heterogen.

Yang dimaksud dengan keterpaduan antara pekerjaan dan keaksaraan adalah suatu kegiatan yang mengajarkan unsur-unsur teknis dengan keaksaraan secara simultan.Dampak kterpaduan antara keduanya ada dua yaitu :

  1. Metode mengajarnya harus berdasarkan teknik global, sementara yang lain seperti eclectic, phonitik, silabic dll, dikesampingkan dulu.
  2. Kata-kata yang seeingkali kita dengar dalam kehidupan sehari hari yang tidak terkait dengan pekerjaan mereka untuk sementara diawal tidak dipergunakan karena bisa jadi kata kata itu tidak sesuai dengan konten pekerjaan atau vokasional.

Untuk mengajarkan bahasa baru dapat berupa ekspressi sederhana tapi jelas yang terkait dengan pengertian-pengertian teknis dan istilah istilah pelaksanaan tugas atau pekerjaan. Ini berarti bahwa pekerja hendaknya dilatih tidak saja membaca dan menulis serta berhitung terkait dengangan ketrerampilannya, melainkan juga proses matematik dengan prinsip-prinsip rasionalitas yang mengatur pelaksanaan pekerjaan.Hal ini berarti pula bahwa keterpaduan itu dicapai dengan cara keaksaraanpekerjaan-akulturasi ilmiah. (literacy-vocation-scientific acculturation).

KECAKAPAN FUNGSIONAL

Kecakapan fungsional merupakan salah satu komponen pelengkap dan terpenting dari serangkaian komponen keterampilan keberaksaraan, atau aksi penerapan dari keterampilan keaksaraan yang telah dipelajari/ dikuasai oleh warga belajar yang bersentuhan langsung dengan aktivitas pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Prinsip isi pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran keaksaraan berbasis pada kecakapan hidup bersumber dari, oleh dan untuk warga belajar artinya bahwa muatan isi kurikulum bersifat konteks lokal, desain lokal, proses partisipatif dan senantiasa diorientasikan pada aksi/berbuat. Kendatipun demikian batasan kurikulum dimaksud berdasarkan standar keaksaraan pada setiap tingkatan karakteristik warga belajar.

IMPLEMENTASI KEAKSARAAN DENGAN KECAKAPAN HIDUP
Memfungsionalkan keberaksaraan mengandung makna bahwa berbagai hal yang telah dipelajari/dikuasai melalui proses pendidikan keaksaraan dapat diimplementasikan pada aktivitas bermata-pencaharian. sebagai contoh, keterampilan beternak ayam pedaging, keterampilan mengolah hasil pertanian pasca panen, dan keterampilan lainnya. Kecakapan fungsional terlihat melalui proses infiltrasi antara keberaksaraan dengan keterpaduan keterampilan yang diberikan sepanjang proses pembelajaran.

Keberhasilan program keaksaraan fungsional kecakapan hidup adalah dengan cara mengukur kemampuan dan keterampilan setiap warga belajar dalam memanfaatkan dan memfungsikan keaksaraan dan keterampilan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi membaca, menulis dan berhitung serta keterampilan yang berguna bagi peningkatan mutu dan taraf hidupnya. Dari hasil proses belajarnya, mereka diharapkan dapat menganalisis dan memecahkan masalah keaksaraan, dan memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk peningkatan pendapatan mutu dan taraf hidupnya.

Konsekwensi selanjutnya daripada pendekatan keterpaduan tersebut menuntut pengelola, instruktur dan ketua kelompok belajar pertama kali harus diberi pengertian yang jelas tentang konsep dan proses pelaksanaan yang dilaksanakan oleh anggota kelompok selanjutnya menjelaskan konsep itu dan prosesnya dengan gambar, angka, dan kata yang semuanya diterangkan secara runtut dan logis. Dengan kata lain cara berfikir baru hendaknya dibangun dan pemikiran baru dapat dicapai.

Warga belajar kita adalah para pekerja yang hidup dalam situasi yang berubah atau berkembang. Dia telah memiliki pengetahuan dasar dan praktek yang diperlukan untuk bekerja mencari nafkah. Oleh karena itu hampir semua konsep awal yang akan diajarkan sudah ada dalam dirinya. Dia telah mengetahui arti kata kata dasar yang terkait dengan pekerjaannya, dan tahu juga cara membetuk peralatan, obyek dan pengerjaan tugas sehari harinya. Dia telah menggunakannya dalam pekerjaan secara pragmatis dalam pekererjaan berupa penerapan arithmatika, geometri, matematik, akuntansi, fisika, kimia, dan beberapa prinsip serta aturan-aturannya.

Untuk memperjelas argumentasi tersebut di atas barangkali contoh berikut ini dapat menolong kejelasan tersebut.Seorang buruh pabrik tekstil yang buta aksara yang selalu bekerja dengan tangannya mencampur warna atau menyiapkan zat-zat pewarna. Dia akan dengan mudah diajari tentang prinsip-prinsip, aturan- aturan, cara-cara mengatur komposisi warna, mengatur, menakar, mengaduk dan mengaplikasukannya. Beberapa kata atau frasa yang menunjukkan hubungan antara unsur- unsur yang digunakan dalam mewarna akan mudah diajarkan.

Begitu pula bagi seorang petani banyak prinsip-prinsip yang terlibat dalam pekerjaan sebagai petani. Salah satu prinsip ilmiah yang biasa dikerjakan misalnya ketika dia mengukur luas tanahnya, yang secara pragmatis dikerjakannya, demikian pula ketika dia menyiapkan tanah yang akan ditanami dengan cara menggemburkan atau mencampurnya degan kompos atau pupuk kandang. Kegiatan seperti menanam, memupuk, memanen, menyimpan dan memasarkan hasilnya juga mempergunakan prinsip-prinsip ilmiah.

Dengan proses seperti ini pekerja diarahkan untuk mengerti tidak hanya hubungan yang jelas antara konsep abstrak dan fakta konkrit yang dialami sehari hari, tetapi juga struktur intrinsik suatu ucapan yang rasional dan antar hubungan antar berbagai komponen seperti: symbol, angka, huruf dll. Selanjutnya dia akan menerapkan urutan logis, jika menyusun kata-kata yang yang telah dipelajarinya secara tertulis kedalam kalimat. Kalimat-kalimat tersebut sedikit demi sedikit akan membentuk kalimat baru yang akan menjadi bahasa teknis yang lebih jelas yang akan dapat mendorong memperbiki kinerja yang lebih produktif. Dengan cara demikian kata-kata yang semula baginya hanya sebagai alat komunikasi atau menyatakan perasaan, juga menjadi pemikiran dan fungsi kerja. Target seperti ini mengarahkan kita untuk berpikir bahwa pendekatan terpadu hendaknya dianggap sebagai langkah awal daripada proses belajar sepanjang hayat, yang tujuannya tidak hanya untuk memperbaiki skills dan produktifitas pekerja, melainkan juga untuk mengembangkan minat yang terus menerus dalam hal akulturasi ilmiah, pengertian yang lebih baik terhadap profesinya.Yang dimaksud dengan akulturasi ilmiah adalah mejadikan pengertian-pengertian yang diperolehnya menjadi kebiasaan untuk berfikir logis memahami hubungan sebab akibat, memahami hubungan-hubungan antar berbagai kenyataan hidup sebagai ssuatu yang wajar mengikuti hukum-hukum alam. Kebiasaan seperti itu sangat penting agar anggota masyarakat kita tidak terjerat dengan berfikir secara naif dan magis kita harus mengajarkannya berfikir kritis dalam menghadapi kehidupan ini.

Memperhatikan proses didaktik yang perlu dikembangkan sesuai dengan urutan kronologis sebagai berikut:
  1. Diskusi kelompok tentang tugas dalam pekerjaan
  2. Tunjukkan tugas tugas yang berhubungan dengan tugas pekerjaan berdasarkan pengalaman
  3. Identifikasikan prinsip dan aturan secara rasional seprti: matematika. geomitri, dsb. Gabungkan dengan tugas pekerjaan
  4. Lakukan simbolisasi grafis hal-hal diatas dengan gambar, angka, hubungan arithmatik , kata-kata yang sesuai
  5. Ringkasan hasil diskusi dan formulasikan tertulis dalam kalimat pendek
  6. Aplikasikan prinsip dan aturan sesuai dengan situasi
  7. Tugas pekerjaan hendaknya dipandang dan dipilih sebagai lapangan studi untuk diamati sesuai dengan kepentngannya dari segi waktu dan uang, yang akan diprtimbangkan dari segi nilai ekonominya. Dalam kaitan ini, waktu, uang, kejelasan, pertimbangan teknis, keakuratan atau ketepatan, akan ditekankan agar supaya mendorong anggota kelompok dapat mencapai standar yang lebih baik dalam kinerja dan produktifitasnya

Dengan menulis, membaca dan berhitung bagi orang dewasa mempunyai kesempatan mencoba mengekspresikan secara bebas dan mandiri tentang pengalamannya. Umumnya mereka melakukan sesuatu yang sangat penting dan dengan usaha keras untuk dinyatakan secara tertulis. Dengan menulis, membaca dan berhitung mereka juga terbebas dari kebingungan untuk berbicara hal-hal yang popular, dan ini merupakan saksi pertama dari suatu tanggung jawab

Pengalaman tersebut menunjukkan kepada kita beberapa hal sebagai berikut (1) keaksaraan ternyata dapat dipadukan dengan pengajaran kecakapan hbidup atau dipadukan dengan pekerjaan. Kata-kata kunci yang tersebar dalam diskusi, dipelajari secara menyeluruh, secara serasi atau harmonis dikembangkan kedalam kamus kata dan simbul teknis yang dalam waktu singkat menjadi dasar yang berguna untuk memahami pekerjaan untuk perluasan secepatnya keterampilan keaksaraan atau baca tulis. (2) Sejak awal pengetahuan dan pengertian yang berhubungan dengan kecakapan teknis serta petunjuknya dapat diajarkan jauh sebelum kecakapan baca tulis tercapai. (3) Keaksaraan, suatu perintah, kecakapan menggabung huruf dan suku untuk membaca dan menulis, dapat timbul dari pengertian global dari kata kata dan istilah teknis yang ditulis dan merupakan dasar analisis dan sintesis dari kata kata yang terdapat dalam keseluruhan kamus lisan.

*) Pengelola program keaksaraan

Tidak ada komentar:

Feeds

Cari Blog Ini