STRATEGI PEMBELAJARAN KEAKSARAANoleh : Abdul Hamid
Model pembelajaran keaksaraan perlu dipertimbangkan dan diperhatikan oleh tutor dalam memproses pembelajaran dengan pendekatan pengalaman berbahasa, termasuk dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran keaksaraan fungsional.
Pembelajaran keaksaraan yang berkaitan dengan pengalaman berbahasa adalah Model pembelajaran keaksaraan melalui pengalaman berbahasa. Program ini secara khusus ditujukan bagi pengembangan pendidikan masyarakat buta aksara atau yang telah mengikuti keaksaraan dasar dengan memanfaatkan pengalaman berbahasa dalam sehari-hari sebagai sumber belajar yang fungsional dalam pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung (calistung).
Program pembelajaran keaksaraan melalui pengalaman berbahasa ini menggunakan tingkatan kelas sebagai berikut :
Tingkat 1, Kelas untuk peserta didik pemula yang hanya mampu berbicara (atau sebagian besar) dalam bahasa sehari-hari.
Tingkat 2, Kelas untuk peserta didik yang ingin lancar menulis dan membaca serta ingin memahami dan mampu berbicara dalam bahasa mayoritas (bahasa nasional/bahasa Indonesia).
Tingkat 3, Kelas untuk peserta didik yang sudah siap mentransfer keaksaraan dalam pengalaman berbahasa.
Tingkat 4, Kelas untuk peserta didik yang dapat melanjutkan pembelajarannya baik dalam kemampuan berbahasa maupun dalam bahasa kewirausahaan.
Dalam proses belajar mengajar tutor menggunakan strategi belajar, membaca, menulis, berhitung, diskusi, dan aksi (calistungdasi). Penggunaannya fleksibel sesuai situasi dan kondisi peserta didik materi yang disampaikan tutor. Bahkan, terkadang menggunakan kemampuan berbahasa atau diskusi. Artinya, semua bahan belajar tersebut sedapat mungkin diambil dari pengembangan tradisi lokal. Berikut ini dijelaskan strategi pembelajaran membaca, menulis dan berhitung sebagai brikut :
1. Pembelajaran MEMBACA
a. Peserta didik telah mengenal dan mampu mengucapkan beberapa kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan kemampuan dalam berkomunikasi.
Misalnya :
• Nama sendiri, anak-anaknya, anggota keluarga dan lainnya.
• Alamat/tempat tinggal di kelurahan/desa/kampung, kecamatan, kabupaten, dan sebagainya.
• Nama-nama anggota/bagian tubuh dirinya atau nama-nama benda yang ada di sekitarnya.
b. Kemampuan mengucapkan dan menghafal kata-kata, tidak selalu seiring dengan kemampuan membacanya.
c. Kemampuan membaca perlu dikaitkan dengan keterampilan usaha yang dibutuhkan peserta didik, misalnya membaca resep makanan kemudian diikuti dengan membuat makanan.
d. Penggunaan sarana belajar, baik dalam bentuk buku, booklet, poster maupun lainnya harus sesuai dengan tingkat kemampuan membaca peserta didik.
e. Penggunaan media belajar berbentuk booklet, leaflet, koran/majalah dinding, bulletin dan lain-lain bertujuan memperkuat, mempertahan-kan dan mengembangkan kemampuan membaca peserta didik.
f. Pembelajaran keterampilan menyusun kalimat perlu menggunakan kata-kata yang sudah dikuasai peserta didik.
g. Pembelajaran membaca dimulai dengan kata-kata yang berstruktur konsonan-vokal-konsonan-vokal bagi peserta didik keaksaran dasar.
Contoh:
• Konsonan-Vokal-Konsonan-Vokal
• Terdiri dari maksimal 4 huruf atau 2 suku kata.
• Nama benda yang melekat atau dekat dengan pribadi dan kehidupan sehari-hari peserta didik atau yang berkaitan dengan keterampilan yang ditekuni peserta didik.
h. Pembelajaran membaca mengikuti rangkaian kerja berurutan sebagai berikut :
a. Pengenalan bunyi dan bentuk kata atau kalimat.
b. Pengenalan posisi kata dalam suatu kalimat.
c. Pengenalan suku kata dari suatu kata.
d. Pengenalan huruf dari suku kata atau rangkaian terbalik dari urutan tersebut di atas.
Strategi pembelajaran membaca menurut Montessori dalam Kusnadi dkk (2005; 177) adalah bahasa yang ditulis. Pengenalan dengan segala bentuk tulisan, tanda-tanda, rambu-rambu lalulintas, iklan dikotak makanan, bungkus rokok, bungkus jamu, nama-nama nabi, nama diri, nama orang terkenal nama benda didapur dan lain sebagainya, membantu seseorang untuk mencari keterkaitan antara berbicara, menulis dan membaca.
Untuk menjamin agar pengetahuan/informasi/materi bacaan dapat segera dipahami oleh peserta didik, maka prinsip-prinsip materi yang harus memperhatikan :
1. Materi bacaan hendaknya dipusatkan pada masalah nyata dan mendesak bagi peserta didik dan masyarakatnya.
2. Materi bacaan hendaknya menunjukkan masalah atau menguraikan keadaan masalah potensial dan memberikan informasi teknis terkait dengan masalah diatas.
3. Materi bacaan hendaknya disajikan dalam suasana yang memungkinkan terjadinya proses diskusi lebih lanjut dan berbagi pengalaman antar peserta didik dan tutor.
4. Materi bacaan menggunakan kata sederhana, konkrit dan mudah dipahami oleh peserta didik.
5. Materi bacaan dimulai dari struktur yang paling sederhana (kata, kalimat) menuju ke hal-hal yang sulit.
6. Meteri bacaan hendaknya menggunakan kalimat yang tidak terlalu panjang (3-5 kata), dan bila memungkinkan gunakan kata-kata dasar terlebih dahulu sebelum beranjak ke kata-kata yang komleks dan memiliki makna ganda.
Prinsip-prinsip dan langkah-langkah dalam membelajarkan peserta didik membaca yaitu:
1. Cari materi/informasi praktis atau sederhana yang sesuai dengan minat, kebutuhan dan masalah yang dihadapi peserta didik (bersifat fungsional)
2. Tutor menyalin informasi di atas ke dalam papan tulis.
3. Meminta peserta didik untuk menyalin informasi tersebut ke buku catatan masing-masing.
4. Tutor membaca bahan bacaan tersebut dan peserta didik menirukan secara bersama-sama dengan melihat ke papan tulis.
5. Meminta peserta didik yang sudah sedikit mampu membaca untuk kedepan dan memabaca bahan bacaan tersebut, sementar yang lainnya mengikuti.
6. Latih peserta didik berulang-ulang.
7. Meminta peserta didik memabaca secara bersamaan dengan melihat hasil tulisan masing-masing.
8. Latih peserta didik membaca tulisan masing-masing secara bergantian/acak.
9. Jangan terlalui khawatir bila tidak dapat membaca dengan sempurna.
10. Bantulah peserta didik agar percaya diri dan meras senang bahwa peserta didik dapat membaca, dan beri semangat peserta didik agar membantu yang lainnya.
2. Pembelajaran MENULIS
a. Menggunakan bahan-bahan peristiwa atau kejadian dan permasalahan yang berasal dari masyarakat setempat.
b. Mengemukakan masalah yang dihadapi peserta didik melalui berbagai pilihan gambar yang ditampilkan, selanjutnya meminta peserta didik mencari pemecahannya.
c. Memberi kesempatan seluas mungkin kepada peserta didik untuk berfikir sendiri.
d. Jangan terlalu khawatir bila peserta didik tidak dapat menulis dengan sempurna.
e. Membantu peserta didik agar percaya diri dan merasa senang bahwa mereka dapat menulis.
f. Memberikan semangat kepada peserta didik agar membantu yang lainnya.
g. Menggunakan Bahasa Indonesia dan bahasa lokal yang dikuasai peserta didik.
Sesungguhnya menulis tidak hanya proses membentuk huruf atau membuat kelimat tetapi merupakan hasil daya/karya cipta seseorang. Tulisan adalah serangkaian lambang bunyi yang mengungkapkan pokok pikiran si penulis, oleh karena itu rangkaian lambang bunyi harus bermakna, mengandung arti sehingga pokok pikiran (ide) yang tersurat dan tersirat dapat dipahami oleh pembaca.
Langkah-langkah kegiatan menulis untuk PESERTA DIDIK PEMULA meliputi 4 (empat) tahap yaitu :
1) Menulis di udara
Mengingat peserta didik pemula jarang memiliki kesempatan memegang alat-alat tulis, maka mereka perlu dibelajarkan bagaimana menggunakan alat-alat tulis. Tutor meminta peserta didik untuk menulis diudara, untuk melemaskan dan lebih memperkenal-kan fungsi alat-alat tulis sebagai media menuangkan ide/gagasan.
2) Menulis tentang apa saja
Setelah peserta didik terbiasa mengenal alat-alat tulis dan fungsinya, tutor meminta peserta didik menulis tentang apa saja yang menjadi kesukaannya, mereka dapat menulis garis, lingkaran, menggambar, coret-coret atau apa saja. Hal ini bertujuan untuk merangsang peserta didik, bahwa apa yang dipikirkan hanya dapat dikomini-kasikan melalui lambang-lambang tertentu (garis, lingkaran, huruf dan sebagainya).
3) Menulis konkret
Peserta didik diminta menulis kata-kata nyata dengan cara menyalin/meniru atau menjiplak tulisan orang lain, seperti menulis nama diri, anggota keluarga, meniru gambar nyata seperti gelas, piring, pisau dan lain-lain.
4) Menulis kata/kalimat/pesan pendek
Inti menulis adalah mengkomunikasikan ide/gagasan kepada orang lain, oleh karena itu peserta didik diminta dan dilatih untuk menulis kata-kata/kalimat/pesan pendek yang bisa dimengerti orang lain.
Sedangkan langkah-langkah mengelola pembelajaran menulis pada kelompok belajar yang memiliki kemampuan yang beragam, adalah :
1) Merangsang Ide
Tulisan peserta didik biasanya dihasilkan dari ide dan pikiran sendiri. Mereka biasanya tidak menyalin kata-kata atau kalimat dari buku/papan tulis. Proses menulis dimulai dari diskusi atau ngobrol mengenai minat, pengalaman dan pengetahuan peserta didik. Setelah diskusi peserta didik menulis beberapa kata/kalimat untuk menyimpulkan ide. Untuk merangsang ide peserta didik, tutor menggunakan kata-kata kunci seputar aktifitas sehari-hari sebagai topik menulis.
2) Peserta didik saling membantu
Dalam mengelola pembelajaran menulis tutor meminta peserta didik untuk duduk secara bersama-sama dalam kelompok kecil atau berpasangan. Dengan cara ini peserta didik dapat bekerjasama dan saling membantu satu sama lain. Pada saat menulis masing-masing peserta didik dapat bekerja sesuai dengan tingkat keterampilan yang dimilikinya. Peserta didik yang sudah biasa menulis dapat langsung menulis sendiri dan membantu peserta didik lain untuk menulis daftar kata, kalimat arau paragraph tentang suatu topik yang dikehendaki.
3) Melibatkan peserta didik pemula
Peserta didik yang masih buta aksara dapat memulai dengan membuat gambar karena proses membuat gambar adalah merupakan suatu strategi pra menulis yang membantu peserta didik terbiasa menggunakan pensil dan kertas dengan cara membuat symbol, garis atau lingkaran. Kegiatan ini dapat mewakili informasi yang telah dimiliki setiap peserta didik. Peserta didik pemula juga dapat mengucapkan kalimat kepada tutor, kemudian tutor menuliskan ucapan tersebut dikertas/papan tulis, kemudian peserta didik menyalin kalimat tersebut dalam buku tulisannya.
4) Membaca hasil
Setelah peserta didik selesai menulis, tutor meminta peserta didik membaca tulisannya sendiri, selanjutnya tutor membagi peserta didik secara berpasangan, peserta didik yang mempunyai tingkat keterampilan lebih tinggi membantu peserta didik pemula, sehingga setiap peserta didik saling membelajarkan.
3. Pembelajaran BERHITUNG
Untuk bisa membelajarkan peserta didik berhitung, perlu mengamati aktifitas berhitung masyarakat. Selain itu perlu mengamati cara belajar keterampilan berhitung yang digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, seperti :
a. Peserta didik telah mengenal nilai nominal uang, jumlah ternak yang dimiliki, jumlah anak dan sebagainya berikut menghitungnya.
b. Peserta didik belum mampu menulis secara benar tentang penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perbandingan.
c. Membantu membelajarkan berhitung melalui benda, hitungan yang digunakan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
d. Peserta didik sudah mempunyai kemampuan/potensi menghitung yang dapat digunakan sehari-hari
e. Kemampuan berhitung peserta didik lebih baik daripada kemampuan menulisnya.
f. Keterampilan berhitung yang dibutuhkan peserta didik berisi antara lain ukuran standar, meter, liter, gram, kg, dan sebagainya.
g. Menggunakan dan memanfaatkan alat-alat yang berasal dari kehidupan peserta didik
h. Membelajarkan keterampilan berhitung bersama-sama (terinteg-rasi) dengan kegiatan fungsional misalnya alamat, jarak, resep, pertumbuhan anak, dan sebagainya.
i. Menggunakan alat-alat yang dapat diperoleh/dikerjakan sendiri, seperti lidi, batu, telur, daun dan sebagainya.
j. Mengetahui kebutuhan berhitung peserta didik lebih awal sebelum pembelajaran dimulai.
k. Melaksanakan survey matematika sesuai dengan kebutuhan belajar
l. Pembelajaran berhitung selalu dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari peserta didik.
Di bawah ini dikemukakan beberapa pertanyaan untuk membantu tutor dalam membelajarkan peserta didik berhitung.
a. Kapan dan dimana orang-orang biasanya melakukan kegiatan berhitung.
b. Amatilah jenis hitungan seperti apa yang digunakan.
c. Berhitung jenis apa yang digunakan orang-orang dalam kegiatan sehari-hari?
d. Berapa batas hitungan yang biasa digunakan masyarakat?
e. Apa alat bantu lokal yang biasa digunakan orang-orang dalam berhitung? Apakah mereka menggunakan garisan/meteran, kalkulator, kerikil, lidi, tali atau jari tangan.
f. Simbol-simbol apa yang biasa digunakan dalam berhitung? Apakah perkalian, pertambahan, pengurangan, pembagian?
g. Permainan apa yang biasa digunakan masyarakat?, apakan dengan menggunakan permainan angka/nomor, dadu, kartu, dan lainnya.
h. Apa dasar penomoran yang digunakan untuk membedakan masing-masing kegiatan perhitungan? Misalnya untuk keuangan dengan menggunakan angka puluhan, tarusan, ribuan dan lain sebagainya, sedang untuk menghitung berat apakah menggunakan ons, kilogam, ton dan seterusnya?
i. Berapa angka pecahan yang biasa dicatat dan paling banyak digunakan secara umum.
j. Format apa yang digunakan untuk angka misalnya untuk menabung, dan menghitung hutang/kredit bank?
k. Berapa harga barang pokok yang penting dari masyarakat local dan berapa beratnya?
l. Jenis keterampilan apa yang dibutuhkan atau yang diiginkan?
m. Apakah masyarakat menggunakan system tradisional atau modern untuk menimbang atau mengukur? Apakah disana menggunakan pengkurang yang sederha?apakah masyarakat juga mengerahui tentang pemasaran?
Bersamaan dengan penyelenggaraan keaksaraan fungsional yang disertai dengan pemberian jenis keterampilan hidup bagi peserta didik. Pada pengembangan model pembelajaran keaksaraan fungsional dengan pendekatan pengalaman berbahasa. Oleh sebab itu pengembangan model akan dilaksanakan dan diimplementasikan ketika peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran yang berfokus pada keterampilan baca, tulis dan hitung dengan pendekatan pengalaman berbahasa dalam kegiatan kewirausahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar