AKSARA KEWIRAUSAHAAN
oleh : GURU nonformal
A. Latar Belakang
Program keaksaraan fungsional adalah implementasi sebuah konsep pembelajaran berbasis masyarakat (community based learning), sebagaimana yang dikatakan Fasli Jalal (2001) bahwa pendidikan sebagai tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat yang dilaksanakan dalam bentuk community based learning, yaitu pembelajaran yang dirancang, diatur, dilaksanakan, dinilai dan dikembangkan oleh masyarakat yang mengarah pada usaha untuk menjawab tantangan yang ada di masyarakat. Program keaksaraan fungsional dapat dijumpai pada pendidikan nonformal. Kehandalan pendidikan nonformal mampu memberikan akses pada masyarakat untuk berperan serta sebagai pelaksana, pengembang, pelembaga dan pemanfaatan program pendidikan nonformal untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan yang terus berubah setiap saat. Metode belajar keaksaraan yang fleksibel dalam hal waktu, tempat, cara dan program belajar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam dan cepat menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi di masyarakat. Warga masyarakat yang kurang dalam hal pendidikan perlu ditangani sehingga terhindar dari buta huruf, maka dari itu pemerintah mencanangkan Program Pemberantasan Buta Huruf yang memberikan dampak positif bagi masyarakat yang belum mengenyam pendidikan sama sekali. Atas dasar itulah lahir suatu gagasan sekaligus komitmen untuk menyelenggarakan program keaksaraan fungsional sebagai wujud dari pendidikan dasar. Penduduk Indonesia sejumlah 15,5 juta jiwa menyandang buta aksara diantaranya Propinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 729.488 orang dengan usia 14 tahun keatas, menyandang buta huruf (BPS, 2008). Program keaksaraan usaha sangat diperlukan untuk menuju Kelurahan Tuntas Buta Aksara sesuai anjuran Gubernur Nusa Tenggara Timur. Klasifikasi peserta didik Keaksaraan Usaha terdiri dari aksarawan baru dan aksarawan lanjutan. Peserta didik yang berasal dari latar belakang ekonomi yaitu berasal dari penduduk miskin dan termajinalkan, sedangkan jika dilihat dari sisi geografi mereka berasal dari daerah terpencil atau masyarakat pinggiran yang tidak berkesempatan memperoleh akses atau pelayanan pendidikan yang memadai. Kebutuhan belajar yang multilevel (beragam kemampuan) tersebut mengakibatkan program Keaksaraan Usaha dikelompokkan dalam tiga tahap keaksaraan yaitu pemberantasan (basic literacy), pembinaan (middle literacy), dan pelestarian (self learning). Konsep kewirausahaan akan dapat mengubah hidup masyarakat untuk menjawab pertanyaan "bagaimana suatu masyarakat yang miskin menyelesaikan masalah pengangguran dan kemiskinan”. “Dan pada saat yang sama dapat membangun masyarakat yang makmur dan sejahtera." Itulah sebabnya dapat dikatakan bahwa kewirausahaan sebagai strategi lompatan katak untuk meninggalkan status miskinnya untuk memasuki dunia baru yang sejahtera. Masalah pengangguran dan kemiskinan dialami oleh setiap bangsa di seluruh dunia. Namun, jawaban atas pertanyaan bagaimana bangsa-bangsa bisa mengatasinya begitu sulit ditemukan. Banyak program sudah disusun dan diterapkan. Miliaran Rupiah sudah diinvestasikan untuk menciptakan proyek-proyek yang bisa menghasilkan buah. Namun, ada satu hal yang pasti akan kita dapati yaitu: pengangguran dan kemiskinan masih bercokol di abad ke-21 ini. Bagi Indonesia yang dianugerahi kekayaan alam yang berlimpah-limpah, situasi yang ditemukan mungkin lebih buruk. Dari sisi sumber daya alam mereka memiliki segalanya bagi kesejahteraan. Akan tetapi kenyataannya, sebagian besar rakyat hidup di bawah garis kemiskinan. Apa yang sebenarnya terjadi? Yang hilang adalah jiwa, penegatahuan dan keterampilan kewirausahaan. Penulis percaya bahwa kemampuan di bidang wirausaha oleh setiap komponen masyarakat dapat menghasilkan sebuah efek domino bagi perubahan ekonomi dan sosial. Kewirausahaan bagaikan sebuah kunci vital untuk membuka setiap potensi ekonomi manusia. Kewirausahaan akan memperkaya dan memperkuat masyarakat agar mampu melewati perjalanan panjang menuju kesejahteraan dan meraih kehidupan yang mampu menciptakan perbedaan bagi kelompok mereka. Pemikiran ini terkesan ambisius, akan tetapi sebenarnya ini tidaklah seambisius seperti yang anda pikirkan. Karena dengan jiwa, pengetahuan dan keterampilan wirausaha yang kuat, akhirnya akan membawa kepada kesejahteraan. Fokus kajian dalam penulisan model ini pada dasaranya adalah masalah yang bersumber pada pengalaman pamong belajar atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui keputusan ilmiah maupun keputusan lainnya (Moleong, 2001:65). Rumusan masalah atau fokus dalam kajian kualitatif bersifat tentatif, artinya penyempurnaan fokus atau masalah tetap dilakukan sewaktu kajian sudah berada di latar kajian. kajian ini memfokuskan pada :
(1) bagaimanakah penyelenggaraan program model pembelajaran kewirausahaan pada keaksaraan fungsional?
(2) bagaimanakah model pengembangan dan uji coba model kewirausahaan pada keaksaraan usaha?
(3) apakah manfaat yang dirasakan warga belajar setelah mengikuti program kewirausahaan pada keaksaraan usaha?.
Berdasarkan tiga masalah di atas dan hasil pengembangan model keaksaraan pada tahun sebelumnya menunjukkan hasil sebagai berikut bahwa pengembangan model yang telah dihasilkan belum menjawab pertanyaan kewirausahaan pada kelompok keaksaraan fungsional di Nusa Tenggara Timur. Oleh karena itu UPT Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Nusa Tenggara Timur telah melaksanakan pengembangan dan ujicoba model aksara kewirausahaan pada kelompok keaksaraan fungsional. Dari hasil pengembangan tersebut menunjukkan hasil pengembangan aksara kewirausahaan pada kelompok eksperimen (kelompok tanpa perlakuan usaha dan kelompok perlakuan usaha) yang mana kelompok aksara usaha dapat menjawab peningkatan kemampuan calistung dan pendapatan warga belajar melalui kelompok belajar usaha, sehingga model aksara kewirausahaan dapat diterapkan pada kelompok keaksaraan usaha mandiri di Nusa Tenggara Timur.
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam kajian model keaksaraan usaha melalui kewirausahaan ini adalah:
1. Menyelenggarakan penyelenggaraan model pembelajaran kewirausahaan pada keaksaraan usaha di wilayah kerja UPT Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Mendeskripsikan manfaat yang dirasakan warga belajar setelah mengikuti pembelajaran kewirausahaan pada keaksaraan usaha di wilayah kerja UPT Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Nusa Tenggara Timur.
C. Manfaat
Kajian tentang penyelenggaraan kewirausahaan pada keaksaraan usaha diharapkan dapat diambil manfaatnya adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis hasil kajian ini dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan pendidikan nonformal dan informal di masyarakat.
2. Manfaat praktis kajian adalah diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pengambilan kebijakan, terutama dalam mengelola, membina, dan melaksanakan program keaksaraan usaha bagi penyelenggara serta bermanfaat bagi kelompok belajar keaksaraan usaha.
D. Pengertian
1. Aksara Kewirausahaan merupakan kegiatan peningkatan kemampuan beraksaraan melalui pembelajaran keterampilan usaha yang dapat meningkatkan produktivitas perorangan maupun kelompok secara mandiri bagi peserta didik yang telah mengikuti dan/atau mencapai kompetensi baca-tulis-hitung pada tingkat keaksaraan dasar.
2. Standar Kompetensi Tamatan Aksara Kewirausahaan adalah kemampuan kewirausahaan minimal dari keluaran pembelajaran Aksara Kewirausahaan yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan baca-tulis-hitung untuk melakukan usaha mandiri.
3. Standar Kompetensi Aksara Kewirausahaan adalah kemampuan kewirausahaan minimal yang yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melakukan usaha mandiriyang harus dicapai peserta didik setelah mngikuti suatu proses pembelajaran keterampilan usaha mandiri pada satuan pendidikan keaksaraan tertentu.
4. Kompetensi dasar Aksara Kewirausahaan adalah perangkat kemampuan minimal yang meliputi kemampuan memilih jenis usaha, merancang usaha, melaksanakan usaha dan memelihara kelangsungan usaha.
5. Indikator Aksara Kewirausahaan adalah ciri-ciri spesifik yang diperlihatkan oleh peserta didik Aksara Kewirausahaan yang apabila digabungkan ciri-ciri tersebut dapat menunjukkan kompetensi dasar keterampilan usaha mandiri.

Tidak ada komentar:

Feeds

Cari Blog Ini